This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 22 Mei 2011

Lahan Kritis Nusa Penida Ditanami Jarak Pagar



Nusa Penida - PT Perusahaan Listrik Negara Distribusi Bali bekerja sama dengan Universitas Udayana mengembangkan tanaman jarak pagar di sejumlah lahan kritis di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Tahap pertama ditanam 20.000 bibit.

Hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat dan nilai tambah bagi masyarakat setempat yang sebagian besar bertani.

General Manager PT PLN Distribusi Bali Ngurah Adnyana, di sela-sela penanaman jarak pagar di Desa Klumpu, Pulau Nusa Penida, Kamis (25/1) menyatakan, hasil jarak pagar (Jatropa curcas) diharapkan dapat menggerakkan pembangkit listrik tenaga diesel di Nusa Penida (kapasitas 2,4 megawatt) dan pulau sekitarnya, seperti Nusa Lembongan (800 kilowatt) dan Nusa Ceningan.

Menurut Adnyana, sejumlah kantor distribusi PLN memilih langsung membeli jarak atau minyak jarak sekaligus. Pihak PLN pada awalnya memberikan bibit secara cuma-cuma kepada masyarakat.

Gede Wijana, Koordinator Pembelajaran Tanaman Jarak dari Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar menyatakan, tanaman jarak pagar tidak akan menggantikan tanaman produktif di pulau itu. Lahan produktif di pulau tersebut ditanami jagung dan kacang-kacangan.

Dari data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Klungkung, lahan kering di Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan ada 20.282 hektar atau 10 persen dari total luas wilayah seluruhnya.

Sekitar 8.660 hektar di 13 desa potensial ditanami jarak pagar. Iklim di daerah itu rata-rata empat bulan basah dan delapan bulan kering. Kebutuhan listrik di kedua pulau tersebut saat ini pada waktu beban puncak mencapai 1,6 MW. (BEN)

Puncak Mundi, Desa Wisata Energi di Puncak Nusa Penida



Nusa Penida - Kawasan perbukitan di Puncak Mundi, pulau Nusa Penida tak hanya memiliki panorama elok. Dari kawasan pegunungan kapur andesit itu tak hanya bisa dinikmati birunya laut sekitar pulau Bali, kini juga bisa dieksploitasi sebagai penghasil energi listrik.

Bukan karena mengandung minyak atau batubara, namun justru dari potensi beragam sumber energi terbarukan. Hembusan angin di perbukitan yang berada pada ketinggian 500 meter diatas permukaan laut itu telah terbukti mampu menggerakan kipas-kipas besi (blade) pada unit Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLT Bayu). Saat ini sudah ada dua unit yang masing-masing mampu menghasilkan listrik hingga 80 kW.

Lebih istimewa lagi, energi listrik yang dihasilkan kini telah bisa dinikmati oleh penduduk di kepulauan Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Centingan. Maklum meski berada di tiga pulau terpisah kelistrikan di ke tiga pulau itu telah menyatu oleh sistem jaringan distribusi listrik 20 KV. Kabel listrik sepanjang sekitar 140 meter sirkit telah menjulur merangkai ketiga pulau itu menjadi sistem listrik Nusa.

Menurut Ir Umartono, pegawai PLN yang terlibat langsung sejak awal pengembangan pemanfaatan energi angin di Puncak Mundi untuk PLT Bayu, ada rentang kecepatan angin di kawasan itu yang membuat listrik yang dihasilkan kincir mampu masuk ke dalam sistem kelistrikan. Rentang kecepatan angin itu adalah dari 3 meter/detik hingga 12 meter/detik.
'Jika kecepatan angin sebesar 3 meter/detik bisa dihasilkan listrik sebesar 1 kW. Ini akan terus meningkat seiring bertambahnya kecepatan angin hingga maksimal 12 meter/detik yang mampu menghasilkan 80 kW,' ujar Umartono yang juga Pimprolisdes PLN Bali, NTB dan NTT. Bisa jadi inilah PLTBayu pertama di Indonesia yang on grid atau menyatu dengan sistem jaringan distribusi listrik untuk selanjutnya dinimati konsumen.

Jika kecepatan angin kurang dari 3 meter/detik secara otomatis sistem pada PLT Bayu akan melepaskan diri dengan sistem jaringan listrik yang ada (cut in wind speed). Sebaliknya jika kecepatan angin bergerak kencang melebihi 25 meter/detik maka yawing system
akan turbin dari muka angin sehingga berhenti berputar (cut out wind speed).

Selain itu, PLT Bayu buatan Wind Energy Solution (WES), Belanda ini juga dilengkapi dengan sensor yang bisa mengarahkan posisi kincir (blade) ke arah manapun angin berhembus. Sehingga kincir dengan berat 0,6 kg itu serta panjang masing-masing 9 meter dari bahan carbon fibre reinforced epoxy ini senantiasa berputar kendari arah angin berubah-ubah karena bisa mengikuti arah angin berhembus.

Berdasarkan pertimbangan arah angin yang berubah-ubah inilah, menurut Umartono, dipilih tempat meletakan kincir bersama genenatornya berada pada menara yang berbeda dengan seperti yang ada di Belanda. Menara kincir PLT Bayu di Puncak Mundi terbuat dari rangkaian besi siku seperti pada menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT).

Pada titik ujung bersatunya sepasang kincir inilah terdapat as (shaft)atau axle yang terangkai dengan ke dua kincir. Sehingga saat daun kincir terhempas angin membentuk putaran maka ikut berputar pula besi as tersebut. Putaran as inilah yang selanjutkan menghasilkan energi listrik akibat medan magnet yang terbentuk dalam rangkaian dinamo yang terpasang di atas menara di belakang kincir.

Energi listrik yang dihasilkan ini yang diinterkoneksikan dengan sistem jaringan distribusi 20 kV yang menghubungkan pula Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan atau sistem Nusa. Hanya saja besarnya daya yang bisa memasok ke sistem jaringan listrik jika daya yang dihasilkan berkisar 1 kW hingga 80 kW. Untuk daya kurang dari 1 kW tidak bisa memasok ke sistem Nusa.

'Karena kecepatan angin berubah-ubah maka listrik yang dihasilkan frekuensinya berfluktuasi. Agar bisa masuk ke sistem maka dibutuhkan controler converter-inverter type AC/DC/AC sehingga arus listrik sesuai dengan frekuensi sistem jaringan listrik distribusi,' ujar Umartono. Sistem kontroler inilah yang dipasang dibagian bawah menara menjadi semacam 'rumah daya'.

Pada rumah daya ini, agar energi listrik yang dihasilkan putaran kincir bisa disimpan masuk ke genarator listrik diubah converter dari AC menjadi DC. Selanjutnya untuk dilewatkan trafo agar masuk ke sistem jaringan listrik oleh inverter diubah lagi menjadi AC untuk disalurkan ke rumah- rumah pelanggan bersama listrik yang dipasok oleh sejumlah pembangkit diesel.

Transformator juga menjadistep down saat PLT Bayu memulai start setelah angin mulai bertiup sekitar 3 meter/detik. Selain itu saat malam hari ketika PLT Bayu tidak memproduksi listrik, juga untuk memasok penerangan 'rumah daya'. Sedang untuk mengetahui pemakaian energi sendiri dan yang dikirim ke sistem jaringan listrik distribusi telah dipasang kWH meter impor-ekspor.

Pola pasokan energi listrik seperti yang disebut sebagai sistem hibrida. Saat angin bertiup diatas ambang minimal, PLTBayu memasok listrik ke jaringan. Sehingga mengurangi beban
PLTD. Sebaliknya saat angin lemah, maka beban diambil alih sepenuhnya oleh PLTD. 'Pola ini terbukti bisa mengurangi beban penggunaan BBM pada PLTD,' ujar Umartono.

Hingga bulan September 2007 total energi yang dihasilkan oleh ke dua unit PLT Bayu yang beroperasi di Puncak Mundi mencapai 164,7 MWh. Itu dengan rincian unit 1 beroperasi sejak April 2006 sedang unit 2 beroperasi sejak bulan Desember 2006. Energi yang dihasilkan tersebut setara dengan 49.429 liter solar. Dengan mempertimbangkan harga solar Rp 6500/liter maka penghematan yang dilakukan sekitar Rp 321 juta.

Keuntungan lain pengoperasian listrik tenaga angin seperti di Puncak Mundi ini adalah terhindarkannya udara dari emisi CO2. Dengan mempertimbangkan produksi emisi diesel sebesar 0,3 kg/kWH maka pengoperasian PLT Bayu di Puncak Mundi selama ini bisa menghindari terbuangnya gas CO2 sebesar 49,43 ton. 'Ini sebuah keuntungan penting terkait dengan fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini,' ujar Umartono.

Berbagai keuntungan itulah upaya menjadikan Puncak Mundi sebagai 'kebun PLT Bayu' terus dilakukan. Menurut General Manajer PLN Distribusi Bali Budiman Bachrulhayat, saat ini tengah dikerjakan pembangunan 7 unit PLT Bayu tambahan. Sebanyak 3 unit dengan kapasitas masing- masing sebesar 85 kW dibangun oleh PLN. Sedang 4 unit dengan masing-masing berkapasitas 80 kW oleh Departemen ESDM.

'Dijadwalkan sebelum pelaksanaan pertemuan konferensi perubahan iklim di Bali awal Desember 2007 semua sudah bisa beroperasi,' papar Budiman. Saat ini pengerjaan ke tujuh unit PLT Bayu tambahan itu memang tengah berlangsung. Beberapa menara sudah berdiri. Sebagian lain dalam pengerjaan. Sedang kincir maupun peralatan lain juga sudah mulai berdatangan di lokasi tersebut.

Jika ke sembilan unit PLT Bayu itu sudah beroperasi pemandangan di Puncak Mundi akan semakin mempesona sekaligus atraktif. Tak hanya karena bisa memandangi birunya laut lepas di sekitar Nusa Penida, namun juga atraksi berputarnya sejumlah kincir angin yang tersebar pada kawasan puncak bukit serta mampu menghasilkan listrik tersebut.

Energi listrik dari 'kebun PLT Bayu' (wind farm) itulah yang diharapkan semakin meringankan beban pengoperasian PLTD pada sistem kelistrikan Nusa Penida. Saat sistem kelistrikan Nusa Penida yang terinterkoneksi dengan Nusa Lembongan-Nusa Centingan merupakan sistem jaringan distribusi 20 KV yang terpisah dengan kelistrikan di Bali.

Sebelum pembangunan PLT Bayu, pasokan utama diperoleh dari pengoperasian PLTD Kutampi di Nusa Penida (2,7 MW) dan PLTD Jungut Batu (0,72 MW) di Nusa Lembongan. Dengan terinterkoneksinya dua unit PLT Bayu kini komposisi pasokan adalah PLTD Kutampi sebesar 79 %, PLTD Jungut Batu Sebesar 15 % dan PLT Bayu, Puncak Mundi sebesar 6 %.

Sitem kelistrikan tersebut melayani sekitar 6900 pelanggan yang tersebar di 14 desa yang berada di Kecamatan Nusa Penida. Dengan tarif rata-rata Rp 600/kWh pengusahaan kelistrikan di pulau ini, menurut Budiman Bachrulhayat, memang rugi. Sebab biaya produksi per kWh mencapai sekitar Rp 2000,-. 'Namun dengan pengoperasian PLT Bayu kami berharap pemakaian solar terus bisa dikurangi,' papar Budiman Bachrulhayat.

Untuk itu pengembangan Puncak Mundi menjadi Desa Wisata Energi memiliki momentum yang sangat tepat. Terlebih lagi, selain memiliki angin yang bisa untuk mengoperasikan PLT Bayu masih di kawasan puncak bukit itu kini juga memiliki potensi untuk memanfaatkan tenaga surya. Untuk itu saat ini sedang dibangun PLT Surya dengan kapasitas 30 kW.

'Selain itu lahan di lokasi itu juga terbukti cocok untuk dikembangbiakkan tanaman Jarak Pagar yang bijihnya bisa sebagai bahan baku biofuel,' ujar Budiman. Upaya pengembangbiakan tanaman jarak pagar ini melibatkan warga masyarakat setempat. Direncanakan jika sudah mulai berbuah dan bisa diperas, PLN siap membeli minyak jarak pagar guna substitusi bahan bakar solar untuk PLTD ditempat itu.
Aspek penting lainnya pengembangan sumber energi terbarukan di Nusa Penida adalah pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Baik pada pengembangan PLT Bayu, PLTS maupun biofuel senantiasa melibatkan masyarakat setempat. 'Keterlibatan masyarakat setempat ini menjadi sangat penting. Karena masyarakat setempat secara langsung ikut merasakan manfaat ekonomi aktivitas pengembangan energi terbarukan,' papar Budiman Bahcrulhayat.

Untuk itulah pada pembangunan 2 unit PLT Bayu yang menghabiskan dana sekitar Rp 7 miliar itu pengoperasiannya diserahkan kepada Koperasi Surya Sejahtera, desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida. Koperasi ini menjadi pihak yang mengikat kontrak jual-beli listrik yang dihasilkan PLT Bayu dengan PLN Distribusi Bali.

Budiman juga melihat masih tetap ada peluang besar pengusahaan kelistrikan di daerah tersebut. Terutama berkembangnya industri wisata kelautan yang sekarang tumbuh di Nusa Lembongan. Saat ini permintaan listrik dari hotel dan resort yang tumbuh di Nusa Lembongan cukup besar. 'Di Nusa Lembongan kini berkembang pesat wisata selam maupun kelautan lainnya,' ujar Budiman.

Di Nusa Penida ini pula PLN Distribusi Bali juga tengah membangun kantor Unit Pelayanan dengan konsep bangunan hemat energi. Berada di sebuah lereng bukit menghadap laut, bangunan ini memiliki jendela, pintu maupun atap yang lebar dan tinggi guna sirkulasi udara. Maklum gedung ini tak menggunakan AC. Empat buah lampu jalan menggunakan solar cell. Selain itu juga dilengkapi model PLTBayu berkapasitas 2 x 1000 watt.

Pengembangan Puncak Mundi sebagai Desa Wisata Energi diharapkan semakin melengkapi potensi wisata maupun produk unggulan di Nusa Penida. Selain terdapat Puri Besakih, di Nusa Penida juga telah berkembang pengusahaan rumput laut. Transportasi ke pulau tersebut kini juga semakin mudah dengan dioperasikannya kapal Ro-Ro dari pelabuhan Padang Bay. (ESDM)

Warga Jungut Batu Nusa Penida Gali Pipa Temukan Tengkorak Manusia




Nusa Penida - Warga Banjar Klod, Desa Jungutbatu, Nusa Penida, gempar. Hal tersebut menyusul temuan tulang belulang dan tengkorak manusia di pekarangan milik warga setempat. Penemuan tulang belulang serta tengkorak manusia itu terjadi, Rabu (18/5) sekitar pukul 18.00 Wita. Lokasinya di rumah Kadek Siata, 31, warga Banjar Kelod, Jungutbatu. Ketika itu, Siata sedang menggali lubang untuk memasang pipa besi. Pemasangan pipa besi itu terkait dengan usaha perbengkelan yang dilakoni Siata.

Informasi dari warga, Rabu sore itu Siata menggali lubang yang akan digunakan untuk memasang pipa besi. Siata membuat lubang dengan menggali menggunakan cangkul. Nah, saat menggali pada kedalamam setengah meter, cangkul membentur benda keras. Awalnya Siata mengira benda keras yang membentur cangkulnya itu adalah akar kayu yang sudah lapuk. Dia pun turun mengambil dengan maksud hendak menyingkirkan. Namun dia terperanjat.setelah dekat dan dia amati, benda tersebut ternyata tulang belulang dan tengkorak manusia. Posisi tulang belulang tersebut tertelungkup, dengan posisi tengkorak menghadap ke arah selatan. Kondisi tulang dan tengkorak itu sudah agak lapuk dan tanpa pakaian.

Kontan saja, temuan tersebut membuat heboh warga sekitar. Tak tahu apa yang harus dilakukan, Siata dan warga lainnya melaporkan temuan tulang belulanhg serta tengkorak manusia itu ke Polsektif Nusa Penida. Sore itu juga, tulang belulang dan tengkorak tersebut digali dan terus dievakuasi oleh warga bersama polisi. Setelah proses identifikasi di TKP, tulang belulang dan tengkorak itu dititipkan di puskesmas, sebelum kemudian dikirimkan RS Sanglah Denpasar untuk pemeriksaan. Masih belum jelas identitas tulang belulang dan tengkorak tersebut.

“Bermacam perkiraan yang berkembang. Namun dilihat dari bentuk tulang belulang dan tengkorak itu sudah lama,” ujar Kepala Dusun Klod I Komang Rejeki, yang juga Baga Pawongan Desa Pakraman Jungutbatu.

Yang jelas, temuan tulang belulang dan tengkorak manusia dirasakan sebagai hal yang leteh oleh warga setempat. Karena itulah, prajuru dan tokoh warga akan menanyakan hal itu kepada sulinggih atau pandhita. “Bagaimana dari sisi niskalanya,” imbuh Komang Rejeki.

Sementara, warga akan menggelar upacara pembersihan niskala secara sederhana dulu, yakni dengan Upacara Pamrayascita Alit. “Besok (Sabtu hari ini) rencananya dilaksanakan,” kata Komang Rejeki. (NB)

Rabu, 18 Mei 2011

Masyarakat Tagih Janji Kampanye, Candra Genjot SKPD



Semarapura - Bupati Klungkung, Wayan Candra, rupanya mulai tidak nyaman karena masyarakat terus menagih janji yang disampaikan saat kampanye untuk periode kedua kepemimpinannya. Bupati Candra pun menggenjot seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkab Klungkung. Khususnya lanjutan proyek dermaga, akses jalan ke dermaga, pembangunan Pasar Galiran dan lainnya.

''Akses jalan ke dermaga, kelanjutan proyek dermaga, normalisasi Tukad Unda dan RTRW Klungkung, beberapa hal penting yang dievaluasi Pak Bupati dalam rapat staf lengkap, Kamis (12/5) lalu,'' ungkap Kabag Humas dan Protokol Setda Klungkung, Wayan Sumarta, Jumat (13/5) kemarin.

Menurut Sumarta, SKPD terkait pembangunan akses jalan dan dermaga Klungkung daratan, diminta terus memantau kondisi dan perkembangan proyek. Karena diupayakan dermaga sandingan Nusa Penida itu bisa terselesaikan tahun 2013. ''Selain itu, juga digenjot rencana Sail Nusa Penida tahun 2012 sebagai kelanjutan program KKP Nusa Penida,'' kata Sumarta.

Terkait pembangunan Pasar Galiran, sampai saat ini juga belum ada kejelasan. Padahal, pascasosialisasi beberapa waktu lalu, pedagang sudah sangat berharap pemerintah segera mewujudkan pembangunan Pasar Galiran, mengingat kondisi pasar saat ini semrawut.

Terkait pembangunan Pasar Galiran, Kepala Dinas PU Klungkung, I.B. Adnyana, menyebutkan masih ada kendala untuk pengalihan pedagang. Untuk pembangunan tahap awal sedikitnya 530 pedagang yang harus direlokasi dengan lahan yang dibutuhkan sekitar 26 are. Sebagai alternatif, Adnyana merencanakan penggunaan Terminal Galiran sebagai tempat pedagang sementara.

Tetapi, nantinya dikhawatirkan terbentur penilaian Wahana Tata Nugraha (WTN) dan Adipura yang juga menjadi impian Pemkab Klungkung. Pembangunan pasar dan sejumlah proyek fisik lain, kini dalam proses penyiapan dokumen kontrak dan penetapan pejabat pengadaan. Sayang, ada kesan sejumlah pejabat ketakutan dilibatkan sebagai pejabat pengadaan karena khawatir terjerat hukum.

''Terkait hal itu, Bupati mengingatkan pejabat, terutama yang sudah bersertifikasi, tidak ada alasan bagi mereka menolak dilibatkan sebagai pejabat pengadaan,'' ujar Sumarta.

Sebagaimana diketahui janji Candra saat kampanye, jika kembali terpilih untuk periode kedua kali yakni untuk kemajuan pembangunan di antaranya peningkatan infrastruktur seperti jalan, air bersih dan listrik, terutama di kawasan Nusa Penida. Pembenahan sistem irigasi untuk kesejahteraan petani, peningkatan kualitas, kekompakan dan SDM petani agar mampu berevolusi melakukan berbagai hal untuk peningkatan produksi.

Bersama Wabup, Tjok. Agung, Candra juga mengaku akan menjawab segala tantangan yang dihadapi Klungkung. Menggali potensi yang belum tergarap maksimal dan lainnya seperti menyelesaikan PPI Karangdadi dan Estuary Dam. (BP)

Nusa Penida, Pulau Pertama yang Tenggelam di Bali



Nusa Penida - Dari beberapa lokasi yang terancam tenggelam di Bali pada tahun 2050, diprediksi Pulau Nusa Penida menjadi pulau yang pertama tenggelam.

Prediksi itu disampaikan karena saat ini sebagian besar hutan di Nusa Penida telah gundul. Permukaan air laut pun naik drastis dari 4 sentimeter hingga 7 sentimeter. Nusa Penida terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.

Demikian dikatakan Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Bali I Ketut Teneng di Renon, Denpasar, Sabtu (14/5).

"Untuk itu, Pemprov Bali memberi perhatian lebih terhadap Nusa Penida dengan berbagai aksi nyata seperti penanaman pohon kembali serta melakukan pelestarian terumbu karang," katanya.

Menurutnya, penanaman ribuan pohon tersebut tidak hanya dilakukan di Nusa Penida tetapi juga di beberapa wilayah yang dianggap rawan bencana seperti di Karangasem, Singaraja dan Jembrana.

Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bali Anak Agung Gede Alit Sastrawan mengatakan pihaknya kini terus memantau ketinggian air laut di Bali. Air laut di Bali mengalami peningkatan dari semula 4 cm menjadi sekitar 7 cm.

"Dari hasil penelitian yang dilakukan para ahli selama 100 tahun, air laut di Bali mengalami peningkatan terutama pada muka air laut 7 cm. Kalau dibandingkan tahun lalu dan tahun sebelumnya jelas berbeda, untuk angka saya lupa yang jelas air laut saat ini mengalami peningkatan," ungkapnya.

Menurut Agung, dampak dari naiknya permukaan air laut dapat terlihat dari kawasan pantai yang mengalami abrasi. Selain abrasi pada pantai, masalah pemanasan global ditambah perubahan iklim yang kacau juga merupakan masalah yang bisa dikaitkan dengan diprediksikannya pulau Bali tenggelam.

"Bali ini kan pulau kecil yang dikelilingi laut. Bila terjadi pemanasan global dan mencairnya es, air laut semakin naik permukaannya dan Bali yang kecil ini akan sangat berpotensi untuk tenggelam," ujarnya. (MI)

Kamis, 12 Mei 2011

Nusa Penida. Daerah tandus Yang Menyimpan Banyak Tempat Untuk Spiritual



Nusa Penida - Jika pertama kali kita menjejakkan kaki di pulau yang merupakan wilayah dari Kabupaten Klungkung ini, Gambaran yang terlintas dpikiran kita adalah daerah kering.

Ya….Apalagi kita mengunjunginya pada musim panas. Sejauh mata memandang maka yang terlihat hanyalah perbukitan kuning yang menyilaukan mata. Dengan mayoritas penduduk sebagai petani yang mengandalkan hujan, Itulah mungkin alasan generasi muda pulau ini ebih memilih merantau ke Bali daratan untuk bekerja.

Tapi dibalik semua itu Nusa Penida Memiliki Belasan Pura kahyangan yang belakangan banyak dilirik Umat Hindu Bali maupun luar Bali yang hendak metirta yatra. Sebut saja di kawasan Pura Dalem Peed yang berada di pinggir pantai dapat ditemukan 4 pura yang senantiasa ramai di kunjungi umat. diantaranya, Pura Penataran Dalem Peed, Pura Ratu Gede Mecaling, Pura Segara dan Pura Taman.

Masih berada di kawasan pesisir pantai berdiri juga Pura Batu Medawu. Selanjutnya bergerak naik ke pegunungan yakni di kawasan Pura Goa Giri Putri juga ditemukan sejumlah pelinggih yaitu, Linggih Ida Hyang Tri Purusa, Linggih Ida Hyang Wasuki, Linggih Dewi Gangga, Linggih Ida Hyang Giri Pati, Linggih Ida Hyang Giri Putri, dan terahir di ujung goa ada Linggih Ida Hyang Siwa Amertha / Sri Sedana / Ratu Manik Mas Melanting / Ratu Sahbandar / Dewi Kwan Im.

Pura yang juga banyak di jadikan tujuan tirta yatra yang berada di puncak pegunungan yaitu Pura Dalem Kerangkeng dan Pura Puncak Mundi.

Piodalan di Pura Dalem Peed ini jatuh setiap Buda Wage Klawu. Dan di pastikan ribuan umat Hindu tumpah ruah melakukan persembahyangan di sana.

Mengingat untuk mencapai pura tersebut harus menyebrang laut, maka umat biasanya selain sembahyang di Pura Dalem Peed juga sekalian bersembahyang ke pura-pura seperti tersebut diatas.

Jika menilik lokasi antar pura cukup berjauhan dan agar bisa di tempuh dalam sehari maka pengaturan waktu perlu di lakukan sebaik mungkin bila ingin bisa bersembahyang di sejumlah pura.

Persembahyangan pertama disarankan ke Pura Goa Giri Putri karena disana ada ritual penglukatan. Di pura dengan ketinggian sekitar 50 m dari permukaan air laut ini di awali dengan persembahyangan di Linggih Ida Hyang Tri Purusa. Di sana juga sudah di tempel Denah Pura Goa Giri Putri karena untuk mencapai Linggih Ida Hyang Giri Putri mesti memasuki goa sepanjang 300m.

Setelah persembahyangan di Linggih Tri Purusa yang di puja adalah sang Hyang widi Wasa dalam wujudnya sebagai sebagai Hyang Tri Purusa, pemedek di arahkan memasuki sebuah goa dengan diameter sekitar 70 cm. Begitu masuk mulut goa sepanjang 3 -4 m pemedek mesti berjalan jongkok, tapi selanjutnya kita akan menyaksikan sebuah pemandangan fantastis karena menemukan sebuah lorong yang sedemikian luas dan konon katanya bisa menampung 4000 an orang.
Pelinggih yang di temukan pertama di dalam goa adalah Linggih Ida Hyang Wasuki. Hyang naga Basuki adalah salah satu manifestasi Ida Sng Hyang Widi Wasa dengan sifat penolong, penyelamat dan pemberkah kemakmuran. Kemudian tidak kurang dari 3m ada Linggih Ida Hyang Dewi Gangga. Di sanalah dilakukan ritual pelukatan. Disini pemedek memohon kepada Hyang Giri Putri, Hyang Giri Pati dan Dewi Gangga agar terlepas dari hal-hal negatif.

Setelah melukat, pemedek dirahkan naik sebuah tangga yang berada persis di sebelah Linggih Dewi Gangga. Dengan menaiki 18 anak tangga maka umat akan melakukan persembahyangan di Linggih Hyang Giri Putri. Untuk yang menderita suatu penyakit. Di disini dapat juga dilakukan persembahyangan untuk mohon kesembuhan dari penyakit yang di derita.

Setelah itu persembahyangan diakhiri di Linggih Ida Hyang Siwa Amertha / Sri Sedana / Ratu Manik Mas Melanting / Ratu Sahbandar / Dewi Kwan Im. Lokasi pelinggih tepat berada di pintu keluar Goa Giri Putri. Semua itu merupakan Dewa Pemurah, penyayang dan dewa dewi kemakmuran.

Setelah serangkaian persembahyangan di Pura Goa Giri Putri ini, Tirta Yatra bisa di lanjutkan ke Pura Puncak Mundi dan Pura Dalem Kerangkeng. Untuk mencapai lokasi sejauh 25 KM tersebut mesti melewati jalan berkelok-kelok serta sempit. Meskipun begitu, sepanjang perjalanan kita akan di suguhi pemandangan pegunungan yang demikian mempesona.

Rangkaian persembahyangan di Nusa Penida, di akhiri di kawasan Pura Dalem Ped ( di kawasan tersebut ada 4 pura yaitu, Pura Segara, Pura Taman, Pura Ratu Gede dan Pura Penataran Ped ).Karena waktu sudah bergerak malam biasanya di wantilan Pura Dalem PEed inilah umat mekemit atau beristirahat menunggu esok pagi.

Mengingat rangkaian persembahyangan yang begitu panjang dan adanya ritual melukat dan masuk dalam goa maka disarankan untuk membawa pakaian pengganti dan sandal/ sepatu jika hendak tirta yatra ke Nusa Penida. (sumber)

Nusa Penida dan Bali Terancam Tenggelam



Bali - Naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim mengancam keberadaan Pulau Bali yang hanya seluas 5.634,40 hektar.

Yang pertama tenggelam adalah Pulau Nusa Penida, Klungkung. Eksistensi pulau ini yang terancam diberi perhatian khusus dalam konferensi perubahan iklim atau United Nation Climate Change Conference (UNFCCC) yang digelar tahun 2007 lalu di Bali.

"Ya, Pulau Nusa Penida adalah pulau yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim di Bali. Rekomendasi UNFCCC 2007 lalu pulau itu dijadikan pilot project. Bantuan banyak yang digelontor di sana," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bali, Dewa Punia Asa kepada VIVAnews.com.

Prediksi Direktur Yayasan Wisnu, I Made Suarnatha bahkan lebih mengerikan. Tak hanya Nusa Penida yang terancam, tapi Bali secara keseluruhan. Jika tak diantisipasi, bencana itu akan datang pada 2050. "Saat itu, air permukaan laut naik 4 meter. Jadi tak hanya Nusa Penida, Sanur, Denpasar dan Bali secara keseluruhan pasti tenggelam," katanya saat dihubungi VIVAnews, Minggu 8 Mei 2011.

Dikatakan, berdasarkan rekomendasi pertemuan perubahan iklim tersebut, Pemerintah Bali memiliki komitmen untuk mempublikasikan hasil tindaklanjut terkait gelontoran proyek percontohan di Nusa Penida. Hanya saja, I Made Suarnatha tak mengetahui persis program yang dilakukan Pemerintah Bali. "Tidak ada laporan yang diumumkan kepada publik. Sehingga kita tidak tahu apa yang sudah dilakukan, bagaimana progresnya dan bagaimana mitigasi potensi perubahan iklim di Nusa Penida," katanya.

Sementara, masyarakat Bali pun tak tinggal diam. Ada kampanye Nyepi internasional (world silent day) yang gencar dilakukan aktivis lingkungan hidup sejak beberapa tahun belakangan. Selain itu, adopsi kearifan lokal untuk diakui secara internasional itu terus menerus disuarakan dengan cara menggalang tanda tangan sesuai persyaratan PBB. "Dari hasil pertemuan itu juga ada Bali Map, yang merupakan peta internasional dari Bali untuk memerangi perubahan iklim," paparnya.

"Karena Bali sudah melakukan sesuatu, maka pemerintah dan negara-negara besar tak boleh berpangku tangan. Sederhananya, jika Anda cinta Bali, maka lakukan sesuatu," desaknya.

Untuk mengetahui lebih detil tentang ancaman tersebut, ia meminta kepada pemerintah untuk konsisten memperjuangkan world silent day agar diadopsi menjadi kebijakan nasional dan internasional. Selain itu, ia juga meminta kepada Pemerintah Provinsi Bali untuk mempertanggungjawabkan hal tersebut dengan cara memberikan laporan resmi terkait tindakan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan. "Itu saja dulu yang mesti dilakukan. Kalau berhasil, meski hanya menambah waktu saja, tetapi kita telah berbuat banyak dan sangat berarti untuk Bali, Indonesia dan dunia internasional," tegasnya.

"Kita tunggu komitmen pemerintah dan dunia internasional untuk memerangi karbondioksida penyebab perubahan iklim," sambungnya.

Selain Nusa Penida, sejumlah pulau lain di Indonesia juga terancam tinggal nama. Di antaranya Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Pulau Solor di NTT, Pulau Wetar, Obi, dan Kai di Maluku serta Pulau Gag di Papua.

Harga rumput laut di sentra produksi Bali turun 15,78%



Bali - Pada awal Mei ini, harga rumput laut di beberapa sentra produksi, terutama di Bali, menurun dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Berdasarkan pantauan Masyarakat Rumput Laut Indonesia (MRLI), harga rumput laut kering di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali sudah menyentuh Rp 8.000 per kilogram (kg). Harga ini turun 15,78% dibandingkan harga bulan Maret 2011 yang masih Rp 9.500 per kg.

Jana Anggadiredja, Ketua MRLI, menduga penurunan ini disebabkan oleh memburuknya kualitas rumput laut asal Nusa Penida. Memang, kualitas rumput laut dari daerah ini lebih rendah dibandingkan dari daerah lain seperti Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Bali. Penyebabnya, petani rumput laut di Nusa Penida kebanyakan menggunakan teknik budidaya long line, yaitu proses pembudidayaan rumput laut di atas permukaan air laut. Sementara petani di Kutuh kebanyakan menggunakan teknik lepas dasar, yaitu budidaya rumput laut di dasar laut.

Ironisnya lagi, cuaca yang tak menentu pun memperparah kualitas rumput laut di Nusa Penida. Hal ini bisa dilihat dari kadar air rumput laut di Nusa Penida yang melebihi 40%. Akibatnya, para pembeli tidak berani membelinya dengan harga yang normal yaitu Rp 9.500 per kg.

"Penurunan harga ini juga terkait adanya isu tercemarnya perairan di kawasan Nusa Penida oleh tumpahan minyak," tuturnya kepada KONTAN, Senin (9/5). Meski belum bisa dipastikan kebenarannya, tapi isu itu berpotensi menimbulkan sentimen negatif dari para pembeli rumput laut di sana.

Produksi naik

Untungnya, penurunan harga rumput laut itu tidak terjadi di daerah lain. Ketut Mesir, Kepala Desa Kutuh mengatakan, harga rumput laut di daerahnya justru naik dibandingkan bulan sebelumnya. Awal Mei ini, para petani di Kutuh menjual rumput laut seharga Rp 10.000-Rp 11.000 per kg. Padahal, di bulan sebelumnya, harga rumput laut yang diterima petani masih berkisar Rp 8.000-Rp 9.000/kg.

Mesir tidak tahu pasti penyebab kenaikan itu, tapi kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya permintaan pasar. "Kalau dari kualitas tidak ada perubahan, kemungkinan besar karena permintaannya yang naik," jelasnya. Informasi saja, dari 700 kepala keluarga (kk) di Desa Kutuh, sebanyak 400 kk di antaranya berprofesi sebagai pembudidaya rumput laut. Saban bulan, para pembudidaya ini bisa memproduksi sekitar 100 ton rumput laut kering.

Kondisi yang sama terjadi di Ternate, Maluku Utara. Syalahuddin, salah satu pembudidaya rumput laut di sana mengatakan, harga rumput laut kering dalam dua minggu terakhir ini telah mencapai Rp 10.000 per kg. Harga ini naik dibandingkan Februari kemarin yang hanya berkisar Rp 7.000-Rp 8.000 per kg.

Syalahuddin menduga kenaikan itu disebabkan oleh tren harga rumput laut di Surabaya. Dalam beberapa pekan terakhir, harga rumput laut di Surabaya meningkat di kisaran Rp 12.000-Rp 14.000 per kg. "Akibatnya, harga di tingkat petani juga ikut naik," tuturnya. Informasi saja, selama ini, rumput laut asal Maluku Utara memang kerap dikirim ke Surabaya untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun pabrik pengolahan di sana. Saban bulan, Ternate bisa memasok 60 ton rumput laut kering.

Sementara itu, produksi rumput laut nasional tahun ini diprediksi akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. MRLI memprediksi produksi rumput laut tahun ini untuk jenis carraginan saja sebanyak 218.000 ton, naik 55,49% dibandingkan produksi tahun lalu yang hanya 140.200 ton. Jana mengatakan prediksi ini didasarkan pada ramalan cuaca yang disinyalir akan lebih baik ketimbang tahun lalu. "La nina tidak akan sepanjang tahun lalu," kata Jana. Efeknya, produksi rumput laut nasional akan meningkat.

Penyebab lainnya adalah bertambahnya daerah produksi rumput laut. Jana mengklaim banyak sentra budidaya rumput laut baru yang muncul di beberapa provinsi seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Penambahan ini sudah barang tentu akan mengatrol produksi rumput laut nasional. "Setidaknya, produksi tahun ini tidak akan seburuk tahun lalu," tandas Jana.

Gelombang Tinggi Penyeberangan di Kusamba Terganggu



Klungkung - Belasan penumpang di pelabuhan tradisional di pesisir Kusamba, Dawan, Klungkung, dialihkan ke Pelabuhan Padangbai, Karangasem, Rabu (11/5) kemarin. Gelombang yang tinggi di pantai setempat, pemilik sampan/jukung tradisional tidak berani menyeberang dari dan ke Nusa Penida.

Demikian diakui petugas pelabuhan tradisional Banjar Bias, Kusamba, Made Sedana Yoga ketika dimintai konfirmasi Rabu kemarin. Menurut petugas dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Klungkung itu, penyeberangan dari Banjar Bias menuju Pelabuhan Sampalan, Nusa Penida, biasanya berlangsung dua kali sehari yakni pukul 07.30 wita dan pukul 12.00 wita.

''Karena gelombang tinggi -- mencapai tiga meter -- menyebabkan penyeberangan siang dibatalkan keberangkatannya. Penyeberangan pagi masih bisa karena gelombang saat itu masih normal,'' ujar Sedana Yoga.

Penyeberangan pagi itu, kata dia dari Pelabuhan Banjar Bias sedikitnya mengangkut 50 penumpang. Begitu juga dari arah sebaliknya (Pelabuhan Sampalan, Nusa Penida menuju Pelabuhan Banjar Bias, Kusamba). Gelombang tinggi terjadi mulai pukul 10.00 wita hingga sore kemarin. Akibatnya, sekitar 15 penumpang yang hendak menyeberang dari Banjar Bias ke Nusa Penida, dialihkan ke Padangbai. ''Kami tidak berani membiarkan sampan memaksakan diri menyeberang. Karena sangat membahayakan,'' ujarnya.

Sedana Yoga mengatakan, dalam dua bulan terakhir gelombang terlihat stabil/normal. Namun, dia mengaku tidak tahu kenapa kemarin gelombang tiba-tiba tinggi terutama di kawasan pantai hingga beberapa meter ke dalam. ''Kalau di tengah, lautnya memang tenang,'' katanya. (kmb20)

Selasa, 10 Mei 2011

Profil Nusa Penida



Nusa Penida terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Prosesi menuju ke Pulau Nusa Penida dapat dijangkau dari Padangbai, Kusamba maupun Pantai Sanur. Untuk sampai ke Pulau Nusa Penida akan ditemui desa pertama yang mengawali rangkaian desa-desa di kecamatan Nusa Penida yaitu desa adat Dalem Setra Batununggul. Di desa ini terdapat penginapan PemdaBali. Secara histories, area yang menjadi desa adat ini, merupakan area pertama tatkala terjadi penyerbuan ke Pulau Nusa Penida dari Klungkung.

Nusa Penida, dengan dua pulau kecil lainya yaitu: Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan, akhir-akhir ini menarik perhatian, karena rasa ingin tahu lebih mendalam akan struktur masyarakat, keadaan pulau dan hal-hal lain yang ada di pulau tersebut. Rasa ingin tahu tersebut akan menambah wawasan yang sangat berharga sebagai tambahan pengetahuan. Wisata antar pulau merupakan jenis wisata yang cukup menarik di sini, karena dapat melewati laut dan menikmati pemandangan tepian pulau yang terhampar artisik dari tengah laut.

Banyak kapal wisata, misalnya kapal wisata Bounty dan Bali Hai, yang sering berkeliling di perairan Nusa Lembongan dan Ceningan, mengantarkan wisatawannya untuk menikmati wisata tirta, antara lain menyelam, memancing dan ski air. Yang dijadikan obyek wisata di sekitar kecamatan Nusa Penida umumnya adalah di daerah pesisir, dan beberapa penginapan pada daerah-daerah yang strategis sudah ada, seperti di Nusa Ceningan.

Nusa Penida menjadi terkenal dalam sejarah Bali, karena keberhasilan Dalem Gelgel menaklukan Dalem Bungkut yang berkuasa di Nusa Penida. Dalam Babad Blahbatuh diceritakan, Dalem Di Made yang memerintah kerajaan Gelgel (1600-1651) pada saat itu pernah mengutus Ki Jlantik Bogol menindas pemberontakan di Nusa Penida yang dipimpin oleh Dalem Bungkut.

Fungsi obyek wisata Pulau Nusa Penida utamanya adalah sebagai adalah sebagai tempat ibadah, dengan keberadaan Pura Ped. Di Pulau Nusa Penida akan dapat dilihat Pura Ped ini menjadi pusat perhatian Umat Hindu dan sekaligus ramai dikunjungi pada saat hari-hari suci keagamaan.

Under Construction